LAZIS JATENG – Salah satu masalah yang muncul pada rentang lanjut usia (lansia) adalah ketercukupan kebutuhan nutrisi. Mayoritas dari mereka kurang memperhatikan masalah ini, padahal sangat berpengaruh pada kesehatan di usia yang tak lagi prima. Terlebih saat kondisi ekonomi yang serba terbatas, sehingga banyak dari para lansia khususnya yang tinggal sebatang kara mengalami kendala kesehatan.
Dilansir dari kompas, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998, lansia diartikan sebagai warga yang berumur 60 tahun ke atas. Pada 2045, diproyeksikan bahwa 1 dari 5 penduduk Indonesia merupakan lansia. BPS mencatat, Indonesia sudah memasuki struktur penduduk tua sejak 2021. Pasalnya, persentase penduduk lansia sudah mencapai lebih dari 10 persen. Angka ini meningkat 3 persen selama lebih dari satu dekade, sehingga mencapai 10,82 persen.
Berdasarkan data Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui 8 dari 34 provinsi di Indonesia merupakan provinsi dengan penduduk tua terbanyak. DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan persentasi lansia tertinggi di Indonesia, yakni 16,69 persen. Sementara Papua menjadi provinsi dengan persentasi lansia terendah di Indonesia, yaitu 5,02 persen. Dalam data statistik tersebut, lansia yang berperan sebagai kepala rumah tangga sebesar 56 persen, sementara 4 dari 10 lansia adalah anggota rumah tangga.
Kondisi Lansia di Jawa Tengah
Di Jawa Tengah menurut data tersebut menduduki peringkat 4 se-Indonesia dengan persentasi lansia di angka 13,07 persen. Persentasi tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Jawa Tengah berada di angka 10,48 persen. Dari persentasi lansia di Jawa Tengah sebanyak 79.963 lansia dalam kondisi terlantar.
Menurut teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya masuk pada fase usia lanjut dengan umur 60 tahun dan di atas 60 tahun, seiring berjalannya waktu, proses penuaan tersebut terjadi secara natural. Masa penuaan inilah yang kemudian banyak terjadi perubahan – perubahan pada diri lansia dilihat dari aspek fisik dan psikologis.
Idealnya, lansia akan menikmati masa tua dengan fisik yang sehat dan kuat, tidak sakit-sakitan, masih dapat beraktifitas sesuai kemampuan, perasaan yang tenang dan bahagia, tidak merasa kesepian, memiliki keluarga yang bahagia, anak cucu yang senantiasa dekat, kawan-kawan yang masih bisa diajak berbagi cerita, dan kondisi spiritual yang tenang, khususnya dengan kepercayaan dan agama masing – masing yang dianut oleh lansia tersebut.
Menurut Juwita, S. Kep., Ners seperti yang dilansir dari Dinasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ketika lansia mengalami hambatan besar dalam menikmati masa tuanya tersebut, maka dia disebut lansia yang tidak sejahtera. Jika ketidaksejahteraan itu diakibatkan oleh faktor-faktor yang berada di luar dirinya, seperti dari keluarga dan lingkungannya, maka dia disebut sebagai lansia terlantar.
Perlu diketahui bahwa ada dua jenis lansia terlantar diantaranya adalah terlantar secara ekonomi dan terlantar secara sosial.Kenapa demikian karena lansia terlantar secara ekonomi jika kebutuhan-kebutuhannya itu terhambat karena kemiskinannya.Dia tidak bisa mendapatkan ketercukupan nutrisi karena tidak mampu membeli sembako, dia tidak tinggal di tempat yang layak karena tak ada biaya atau keluarga yang menyokongnya, dia tidak mampu ke dokter untuk mengobati sakitnya.
Kemudian disebut sebagai lansia yang terlantar secara sosial apabila lansia tersebut dalam kondisi seperti kesepian, karena mungkin ditinggal oleh pasangannya, anaknya, cucunya atau teman-temannya yang barangkali sudah meninggal terlebih dahulu. Dengan tidak mempunyainya aktifitas, maka lansia tersebut hanya membakar waktu dari hari ke hari tanpa ada yang bisa dilakukan. Bentuk perhatian yang kurang, karena mungkin orang-orang di sekitarnya tidak ada yang bisa diajak curhat, diajak bernostalgia, atau mungkin diajarkan sesuatu yang dimilikinya.
Momentum Meningkatkan Perhatian pada Lansia
Mbah Hadi misalnya, lansia asal Grobogan ini hidup sebatang kara. Qadarullah beberapa waktu lalu rumahnya baru saja ditimpa musibah kebakaran dan tak menyisakan apapun. Beliau tetap tabah meski terbiasa ditimpa musibah. “Saya makan seadanya saja, Mas. Tidak ada yang masak, uang juga seadanya,” kata beliau.
InsyaAllah, LAZiS Jateng turut hadir membersamai masa senja mereka. Melalui program “Sedekah Pangan Lansia”, kami berinisiatif memberikan pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup, terutama bagi para lansia di Jawa Tengah yang tinggal seorang diri, mengalami kendala ekonomi dan kondisi kesehatan (nutrisi) yang kurang terperhatikan. Dari program “Sedekah Pangan Lansia” ini kami menyediakan kebutuhan pangan yang InsyaAllah cukup untuk memenuhi kebutuhan primer para lansia dhuafa.